A.
Anatomi Fisiologi Kelenjar Ludah Menurut
Beberapa Ahli
1.
Menurut Roth
and Calmes ( 2008 ; Online)
Glandula (kelenjar) berfungsi untuk
memproduksi saliva dengan komposisi 99% air dan 1% fermen ptialin.
masing-masing glandula dihubungkan dengan saluran ductus defferent. Sedangkan Saliva berfungsi untuk
Membasahi makanan sehingga mudah untuk ditelan. Berdasarkan ukurannya
kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar
saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, dan kelenjar sublingualis
(Sumber : andisetyanto.blogspot.com.
Diakses
pada 29 April 2015)
2.
Menurut
Rensburg, Leeson, dkk ( 2009 ; Online)
Kelenjar Parotis yang
merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga,
antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke
muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung
parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi
anterior kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok
ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang
gigi molar ke-2 permanen rahang atas Kelenjar Submandibularis .
Kelenjar Submandibularis yang
merupakan kelenjar saliva terbesar kedua, terletak pada dasar mulut di bawah
korpus mandibula.
Kelenjar
Saliva Minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar
labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal.
Kelenjar
Lingualis terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar
lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya,
dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior.
Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral
dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus.
Kelenjar
Bukalis Dan Kelenjar Labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini
bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak
pada palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras.
Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar
palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal.
3.
Menurut
Moore dan Agur ( 1995 ; Online)
Saluran submandibularis
bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di
samping frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan
seringkali dapat terlihat saliva yang keluar
Kelenjar
Sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam.
Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar
mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar
sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang
berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis.
B.
Patologi Kelenjar Ludah Menurut Beberapa Ahli
1.
Menurut Robert P. Langlais & Craig
Ranula
adalah bentuk kista akibat obstruksi, yaitu :
a.
Ranula superficial
Merupakan krista retensi yang
sesungguhnya. Besarnya terbatas pada dataran oral musculus mylohyoideus (Aswin Raharja). Tampak sebagai suatu pembengkakan lunak,
dapat ditekan, dan timbul dari dasar mulut. Kista ini dindingnya dilapisi
epitel dan terjadi karena obstruksi duktus glandula saliva.
b.
Ranula Profunda
Merupakan pseudokista terjadinya
karena ekstravasasi (kebocoran)
saliva pada jaringan, pada sepanjang otot dan lapisan fasia dasar mulut dan
leher. Ekstravasasi (kebocoran) tersebut disebabkan karena trauma yang kecil, dimana
tidak pernah diingat oleh penderita (Aswin Rahardja). Kista ini menerobos di
bawah musculus mylohhyoideus dan menimbulkan pembengkakan submental. Kista
jenis ini dindingnya tidak dilapisis epitel.
2. Menurut
Gordon,
Sialadenitis adalah infeksi berulang-ulang di glandula
submandibularis yang dapat diserati adanya batu (sialolith) atau penyumbatan. Biasanya sistem duktus menderita
kerusakan, jadi serangan tunggal sialadentis
submandibularis jarang terjadi.
Kelenjar ini terasa panas, membengkak, nyeri tekan dan merupakan tempat
serangannyeri hebat sewaktu makan. Pembentukan abses dapat terjadi di dalam
kelenjar maupun duktus. Sering terdapat batu tunggal atau multiple.
C.
Teknik Pemeriksaan Sialografi Menurut
Beberapa Ahli
1.
Posisi
Menurut Glenda J. Briand ;
a.
Proyeksi
AP Tangensial (Untuk Kelenjar Parotis)
Posisi Pasien : Pasien tidur telentang, duduk, Kelenjar
parotid ditempelkan pd
tengah kaset
Posisi obyek :
1)
Kepala
ditempatkan pada posisi AP
2) Kepala dimiringkan pada
sisi yang diperiksa
3) Kelenjar Parotid tegak lurus pd pertengahan
film
4) Ramus mandibula sejajar film, dan occipital
rapat pd film
Central Ray : Tegak lurus pada film,
Central Point : Pada ramus bagian luar
Kaset : 18 x 24 cm.
FFD : 90-100 cm
Kriteria Radiograf :
a)
Terlihat
jaringan lunak
b) Kelenjar parotid
terlihat pada posisi lateral
c)
Terlihat
ductus stensen’s
d)
Mastoid
overlapping dengan batas atas dari kelenjar parotid
b.
Lateral
Posisi Pasien : Pasien dalam keadaan
semi prone atau
duduk tegak
Posisi Obyek :
a)
Film dipusatkan ke pinggir bawah dari angulus
mandibular
b)
Kepala pasien diatur true lateral
c)
Iglauer menganjurkan agar dasar mulut ditekan
untuk mengarahkan kelenjar submandibularis berada dibawah mandibula dengan
mengarahkan salah satu jari pada sisi belakang lidah dari sisi yang tidak
diperiksa.
Central Ray : Tegak lurus ke pertengahan film
Central Point : Pada titik tepi bawah dari angulus
mandibulae
Kaset : 18
x 24 cm.
FFD : 90-100
cm
c.
Posisi infero-superior (intra oral)
Posisi Pasien :
a) Dada paisen ditinggikan dengan beberapa
bantal
b) Lutut pasien fleksi untuk merileksasikan otot
perut
c) Bahu sejajar
d) Setelah film oklusal diletakkan, leher full
ekstensi
e) Dengan kepal bertumpu pada vertex, MSP kepala
tegak lurus terhadap film
Posisi film :
a) Pada sudut dari paket oklusal film diberi
tanda . (marker R/L)
b) Film diletakkan pada mulut dengan sumbu
memanjang masuk ke mulut
c) Film dipusatkan pada mid sagital plane dari
kepala dan secara perlahan-lahan dimasukkan agak jauh hingga bersentuhan
dengan batas depan dari ramus mandibula
d) Pasien diminta tutup mulut dan menggigit film
oklusal
Central Ray : tegak lurus terhadap film
Central Point : dipusatkan pada titik potong antara MSP
kepala dengan bidang koronal diantara molar kedua kiri dan kanan rahang bawah.
2.
Posisi
Menurut Vinita merril ;
a.
Proyeksi PA Tangensial
Posisi pasien : Pasien Tengkurap (prone) atau duduk Dengan
pasien prone, kepala pasien diputar
sehingga area kelenjar parotis yang diperiksa tegak lurus terhadap
bidang film. Film dipusatkan pada region kelenjar parotis
Central Ray : Tegak lurus terhadap film
Central Point : melalui permukaan lateral ramus
mandibula.
Kaset : 18 x 24 cm.
FFD : 90-100 cm
b.
Proyeksi
Lateral Oblique
Posisi Pasien : Semiprone / Oblique
Posisi objek :
a) Kepala ditempatkan pada
kaset, daerah corpus mandibula berada ditengah kaset
b) Kepala ditengadahkan
supaya kelenjar parotis rapat pada film
Central Ray : Sinar tegak lurus pada film lalu
disudutkan 25 derajat cephalad
Central Point : Dibawah angulus mandibula sebelah
luar / pada sisi yang dekat
Kaset : 18 x 24 cm
FFD : 90-100 cm
Kriteria Radiograf :
Tampak duktus dan kelenjar parotis
overlapping dengan ramus mandibula dan colum vertebrae cervical
c.
Proyeksi
Lateral Eisler (Untuk Melihat Kelenjar Parotid Dan Submaxilaris)
Posisi Pasien : Semiprone,/Berdiri
Posisi Obyek Untuk Kelenjar
Parotid
a)
Kepala
berada pada posisi lateral
b)
Pertengahan
film 1” diatas angulus mandible
c) Kepala diatur sedemikian
rupa dan MSP dirotasikan kedepan 150 dari posisi lateral
Central
Ray : Tegak lurus pada film
Central
Point : Pada angulus sebelah
luar.
Kaset : 18 x 24 cm
FFD : 90-100 cm
Gambar
2 : Posisi pemeriksaan lateral Eishler Untuk
Melihat Kelenjar Parotid Dan Submaxilaris
Kriteria
Radiograf :
a) Tampak kelenjar parotid
superposisi diatas ramus mandibula
b)
Ramus
mandibula terlihat tidak overlapping dengan vertebrae cervicalis
Posisi Obyek Untuk Kelenjar Sub Maksilaris
a)
Kepala true
lateral diatas kaset
b)
Margo inferior dari angulus mandibula pada
pertengahan film
Central Ray :Tegak lurus pada kaset
Central Point : Pada angulus mandibula
sebelah luar
Kaset : 18 x 24 cm
FFD : 90-100 cm
Kriteria Radiograf :
a)
Tampak kedua
ramus dan angulus mandibula superposisi
b)
Kelenjar sub
maksila berada pada ramus dan angulus yang superposisi tersebut
d.
Proyeksi
Submentovertex (SMV) (Untuk melihat kelenjar Sub maksila dan sub lingual)
Posisi
Pasien : Supine /
submentovertikel,
Posisi
Obyek : Kepala ekstensi penuh dan
vertex rapat pada film
Posisi
film :
a)
Film diberi
marker L/R dan diplester
b)
Film
dipasang melintang
c) Ujung film pada mulut
rapat pada margo anterior dari ramus mandibula
Central Ray : Tegak lurus pada pertengahan
film,
Central Point : menuju langsung ke perpotongan MSP
dengan coronal plain melalui molar
Kaset : 18 x 24 cm
FFD : 90-100 cm
Gambar 3 : Posisi
pemerikasaan dan hasil radiograf proyeksi Submentovertex
Kriteria Radiograf :
a) Terlihat soft tissue
dari dasar mulut
b) Terlihat kelenjar sub
lingual dan duktusnya
c)
Terlihat
kelenjar sub maksila pada bagian anteromedial
e.
Infero superior
Posisi Pasien : Pasien duduk
Posisi Film :
a) Pada sudut dari paket oklusal film diberi
tanda. (marker R/L)
b) Film diletakkan pada mulut dengan sumbu memanjang
masuk ke mulut
c) Film dipusatkan pada mid sagital plane dari
kepala dan secara perlahan-lahan dimasukkan agak jauh hingga bersentuhan
dengan batas depan dari ramus mandibula
d) Pasien diminta tutup mulut dan menggigit film
oklusal
Central Ray : Tegak lurus terhadap film
Central Point : Dipusatkan pada titik potong antara MSP
kepala dengan bidang koronal diantara molar kedua kiri dan kanan rahang bawah.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Anatomi Fisiologi kelenjar ludah menurut beberapa
penulis
Glandula Saliva
(kelenjar air ludah) adalah kelenjar yang berfungsi membasahi makanan agar
mudah ditelan. Glandula Saliva memproduksi saliva komposisi 99% air dan 1%
fermen ptialin yang terdiri dari kelenjar saliva mayor dan minor. Glandula
saliva berperan
penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan mulut, dimana Kelenjar saliva merupakan organ yang
terbentuk dari sel-sel khusus yang mensekresi saliva ke dalam rongga mulut. Glandulla
saliva mengandung enzim, air, lendir yang sangat berperan dalam proses
pencernaan makan.
B.
Patologi kelenjar ludah menurut beberapa
penulis
1. Penghambatan aliran
Sifat sekresi (pengeluaran cairan) dari
glandula menyebabkan glandula ini sangat rentan terhadap berbagai hal yang
dapat menghambat aliran saliva secara normal. Jika suatu duktus mengalami
penurunan fungsi oleh karena infeksi (sialolodochitis), penyumbatan (batu
ludah, sialolitiasis), atau trauma, maka aliran saliva akan berkurang atau
bahkan berhenti. Batu ludah paling sering didapatkan dalam duktus glandula
submandibularis, sementara glandula parotidea lebih sering terkena penyumbatan
oleh mucous plug yang tidak mengalami klasifikasi. Pada glandula utama (major),
gangguan sekresi yang menyebabkan stasis (penghentian/penurunan aliran), dengan
inspissation (pengentalan atau penumpukan), yang seringkali menimbulkan infeksi
atau peradangan. Glandula saliva utama yang mengalami gangguan aliran saliva
akan mudah mengalami serangan organisme yang terbawa aliran darah. Sialadenitis
yang ditimbulkannya dapat bersifat akut atau kronis (petradangan glandula
saliva).
2. Sialedinitis
Sialedinitis akut akan terlihat secara klinis
sebagai pembengkakan atau pembesaran glandula dan salurannya dengan disertai
nyeri tekan dan rasa tidak nyaman, dan sering juga diikuti dengan demam dan
lesu. Sialedinitis kronis atau sialodichitis kadang dapat menimbulkan rasa
tegang yang tidak nyaman pada saat makan. Glandula saliva yang mengalami
infeksi akan membentuk sekresi purulen
yang berwarna putih susu dan kental. Sumbatan kronis atau infeksi akan
menyebabkan berkurangnya serusacini/mukus dan terjadi pembentukan fibrosis
intersisial. Bila hal tersebut terjadi, maka aliran saliva akan sangat
berkurang.
3. Mucocele
Bila duktus glandula saliva minor mengalami
gangguan (cedera atau koyak), akibat yang seringkali timbul adalah mucocele.
Keadaan ini akan menyebabkan mengalirnya sekresi saliva dari duktus ke jaringan
lunak sekitarnya yang dibatasi oleh jaringan ikat fibrus. Bila volume
kebocoran saliva ini sangat besar,
seperti kadang-kadang terjadi glandula sublingualis, maka akan terbentuk ranula pada dasar mulut, yang kadang
dapat mencapai ukuran tertentu sehingga menyebabkan terangkatnya lidah.
4. Sialometaplasma
Sialometaplasma nekrotisasi merupakan suatu
keadaan bersifat jinak yang terutama mengenai glandula posterior palatum durum.
Kondisi ini terlihat berupa ulserasi besar yang lambat penyembuhannya dan
seringkali memberikan gambaran perubahan granulomatosa atau keganasan. Etiologi
dari sialometaplasia adalah gangguan suplai darah oleh berbagai sebab. Lesi ini
biasanya sembuh secara spontan dalam 8 sampai 10 minggu tanpa intervensi lebih
lanjut.
C.
Teknik pemeriksaan menurut beberapa penulis
1. Identifikasi orifisium duktus dengan
meneteskan ir jeruk ke dalam mulut. Jika tidak terjadi sumbatan, maka orifisium
akan menyemprotkan saliva (air liur).
2. Isi Kanula terlebih dahulu oleh zat
kontras sebelum dimasukkan ke orifisium agar tidak ada udara
3. Selanjutnya, masukkan kanula pada
orifisium duktus
4. Immobilisasi Kanula dan selang ekstensi
sebelum zat kontras dimasukkan. Immobilisasi dilakukan dengan meminta pasien
menjepit selang dengan mulut, namun tidak terlalu kencang.
5. Setelah immobilisasi, zat kontras
dimasukkan. Terdapat dua cara, yaitu dengan injeksi manual melalui spuit atau
dengan tenaga hidrostatik (drip infus pada ketinggian 70cm)
6. Proses injeksi zat kontras dapat dilakukan
dengan tanpa panduan fluoroskopi.
7. sekitar 1-2cc zat kontras diinjeksiakan.
Proses injeksi dihentikan jika pasien merasa kesakitan. Zat kontras diusahakan
agar tidak merembes keluar dari sisi kanula karena akan menganggu lapang
pandang pemeriksaan. Rembesan ini dapat diketahui secara langsung melalui
penglihatan operator, maupun melalui pasien yang merasa ada cairan pahit di
dalam mulutnya.
8. Ambil beberapa posisi foto dengan
ketentuan sebagai berikut :
a.
Paratoid : 1) Tangensial
(AP/PA)
2) Lateral
3) Lateral Obliq
b.
Submandibula : 1) Lateral
2) Lateral Obliq
3) Inferosuperior (Aksial / Intraoral)
9.
Setelah itu zat kontras dikeluarkan dengan rangsang tetesan air jeruk dan
lakukan foto kembali. Jika diperlukan, ambil foton 10 menit setelah prosedur
untuk memastikan pengeluaran zat kontras
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sialografi adalah pemeriksaan radiologi dari duktus dan
kelenjar saliva dengan injeksi zat kontras yang merupakan organ aksesorius
pencernaan di sekitar mulut dimana saliva terdiri dari 99,5% air dan 0,5% garam
dan enzim pencernaan yang mampu memproduksi 1000-1500 ml per hari.
B.
Saran
Sebaiknya dalam pemakaian kontras pada
pemeriksaan sialografi, di berikan seminimal mungkin, dan pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA
Andisetyanto,
2009. Anatomi kelenjar Saliva.(Online).
Http ://andisetyanto.
blogspot.com. Diakses pada 27 April
2015
Briand. G, 2001. Diagnostik radiologi, third edition.
Atro Muhammadiyah
Makassar : Makassar
Ristaniah D. Soetikno,2014. Prosedur pemeriksaan Radiologi. PT Refika
Aditama : Bandung
Pearce. C
Evelyn, 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Siavent, 2013. Teknik Radiografi
Sialografi.(online).Http: //siavent.blogspot
com. Diakses pada 29 April 2015
Anonim, 2013. Teknik
Radiografi Sialografi. (online).
Http :
//tentang.
Radiologi.blogspot.com. Diakses pada 02
Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar