Minggu, 25 Oktober 2015

Syalografi


A.     Anatomi Fisiologi Kelenjar Ludah Menurut Beberapa Ahli
1.      Menurut Roth and Calmes ( 2008 ; Online)
Glandula (kelenjar) berfungsi untuk memproduksi saliva dengan komposisi 99% air dan 1% fermen ptialin. masing-masing glandula dihubungkan dengan saluran ductus defferent. Sedangkan Saliva berfungsi untuk Membasahi makanan sehingga mudah untuk ditelan. Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis
 









Gambar 1 : Kelenjar Saliva Mayor (De Nardin, 2006)
(Sumber : andisetyanto.blogspot.com. Diakses pada 29 April 2015)

2.      Menurut Rensburg, Leeson, dkk ( 2009 ; Online)
Kelenjar Parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi anterior kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas Kelenjar Submandibularis .
Kelenjar Submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula.
Kelenjar Saliva Minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal.
Kelenjar Lingualis terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus.
Kelenjar Bukalis Dan Kelenjar Labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal.
3.      Menurut Moore dan Agur ( 1995 ; Online)
Saluran submandibularis bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar
Kelenjar Sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis.





B.    Patologi Kelenjar Ludah Menurut Beberapa Ahli
1.    Menurut Robert P. Langlais & Craig
Ranula adalah bentuk kista akibat obstruksi, yaitu :
a. Ranula superficial
            Merupakan krista retensi yang sesungguhnya. Besarnya terbatas pada dataran oral musculus mylohyoideus (Aswin Raharja). Tampak sebagai suatu pembengkakan lunak, dapat ditekan, dan timbul dari dasar mulut. Kista ini dindingnya dilapisi epitel dan terjadi karena obstruksi duktus glandula saliva.
b. Ranula Profunda
            Merupakan pseudokista terjadinya karena ekstravasasi (kebocoran) saliva pada jaringan, pada sepanjang otot dan lapisan fasia dasar mulut dan leher. Ekstravasasi (kebocoran) tersebut disebabkan karena trauma yang kecil, dimana tidak pernah diingat oleh penderita (Aswin Rahardja). Kista ini menerobos di bawah musculus mylohhyoideus dan menimbulkan pembengkakan submental. Kista jenis ini dindingnya tidak dilapisis epitel.
2. Menurut Gordon,
Sialadenitis adalah infeksi berulang-ulang di glandula submandibularis yang dapat diserati adanya batu (sialolith) atau penyumbatan. Biasanya sistem duktus menderita kerusakan, jadi serangan tunggal sialadentis submandibularis jarang terjadi. Kelenjar ini terasa panas, membengkak, nyeri tekan dan merupakan tempat serangannyeri hebat sewaktu makan. Pembentukan abses dapat terjadi di dalam kelenjar maupun duktus. Sering terdapat batu tunggal atau multiple.

C.    Teknik Pemeriksaan Sialografi Menurut Beberapa Ahli
1.      Posisi Menurut Glenda J. Briand ;
a.     Proyeksi AP Tangensial (Untuk Kelenjar Parotis) 
Posisi Pasien      : Pasien tidur telentang, duduk, Kelenjar                parotid ditempelkan pd tengah kaset
Posisi obyek        : 
1)   Kepala ditempatkan pada posisi AP
2)   Kepala dimiringkan pada sisi yang diperiksa 
3)   Kelenjar Parotid tegak lurus pd pertengahan film 
4)   Ramus mandibula sejajar film, dan occipital rapat pd film
Central Ray         : Tegak lurus pada film, 
Central Point       : Pada ramus bagian luar
Kaset                     : 18 x 24 cm.
FFD                       : 90-100 cm
Kriteria Radiograf :
a)      Terlihat jaringan lunak 
b)      Kelenjar parotid terlihat pada posisi lateral
c)      Terlihat ductus stensen’s 
d)      Mastoid overlapping dengan batas atas dari kelenjar parotid
b.     Lateral
Posisi Pasien        :   Pasien dalam keadaan semi prone atau
duduk tegak
Posisi Obyek         :                     
a)     Film dipusatkan ke pinggir bawah dari angulus mandibular
b)     Kepala pasien diatur true lateral
c)      Iglauer menganjurkan agar dasar mulut ditekan untuk mengarahkan kelenjar submandibularis berada dibawah mandibula dengan mengarahkan salah satu jari pada sisi belakang lidah dari sisi yang tidak diperiksa.
Central Ray            :     Tegak lurus ke pertengahan film
Central Point         :     Pada titik tepi bawah dari angulus   
 mandibulae
Kaset                       :    18 x 24 cm.
FFD                         :    90-100 cm
c.     Posisi infero-superior (intra oral)
Posisi Pasien        :
a)  Dada paisen ditinggikan dengan beberapa bantal
b)  Lutut pasien fleksi untuk merileksasikan otot perut
c)  Bahu sejajar
d)  Setelah film oklusal diletakkan, leher full ekstensi
e)  Dengan kepal bertumpu pada vertex, MSP kepala tegak lurus terhadap film
Posisi film               :
a)  Pada sudut dari paket oklusal film diberi tanda . (marker R/L)
b)  Film diletakkan pada mulut dengan sumbu memanjang masuk ke mulut
c)  Film dipusatkan pada mid sagital plane dari kepala dan secara perlahan-lahan dimasukkan agak jauh hingga bersentuhan dengan  batas depan dari ramus mandibula
d)  Pasien diminta tutup mulut dan menggigit film oklusal
Central Ray         : tegak lurus terhadap film
Central Point       : dipusatkan pada titik potong antara MSP kepala dengan bidang koronal diantara molar kedua kiri dan kanan rahang bawah.

2.      Posisi Menurut Vinita merril ;
a.     Proyeksi PA Tangensial
Posisi pasien           : Pasien Tengkurap (prone) atau duduk Dengan pasien prone, kepala pasien diputar  sehingga area kelenjar parotis yang diperiksa tegak lurus terhadap bidang film. Film dipusatkan pada region kelenjar parotis
Central Ray              : Tegak lurus terhadap film
Central Point            : melalui permukaan lateral ramus mandibula.
Kaset                         : 18 x 24 cm.
FFD                            : 90-100 cm


b.     Proyeksi Lateral Oblique
Posisi Pasien           : Semiprone / Oblique
Posisi objek              :
a)   Kepala ditempatkan pada kaset, daerah corpus mandibula berada ditengah kaset 
b)   Kepala ditengadahkan supaya kelenjar parotis rapat pada film
Central Ray              : Sinar tegak lurus pada film lalu disudutkan 25 derajat cephalad
Central Point            : Dibawah angulus mandibula sebelah luar / pada sisi yang dekat
Kaset                         : 18 x 24 cm
FFD                            : 90-100 cm
Kriteria Radiograf    :
Tampak duktus dan kelenjar parotis overlapping dengan ramus mandibula dan colum vertebrae cervical
c.     Proyeksi Lateral Eisler (Untuk Melihat Kelenjar Parotid Dan Submaxilaris)
Posisi Pasien           : Semiprone,/Berdiri
Posisi Obyek Untuk Kelenjar Parotid 
a)      Kepala berada pada posisi lateral
b)      Pertengahan film 1” diatas angulus mandible
c)      Kepala diatur sedemikian rupa dan MSP dirotasikan kedepan 150 dari posisi lateral
Central Ray              : Tegak lurus pada film
Central Point            : Pada angulus sebelah luar.
Kaset                         : 18 x 24 cm

FFD                            : 90-100 cm

Gambar 2 : Posisi pemeriksaan lateral Eishler Untuk Melihat Kelenjar Parotid Dan Submaxilaris
(Sumber : http://siavent.blogspot.com. Diakses pada 29 April 2015)

Kriteria Radiograf : 
a)   Tampak kelenjar parotid superposisi diatas ramus mandibula
b)   Ramus mandibula terlihat tidak overlapping dengan vertebrae cervicalis
Posisi Obyek Untuk Kelenjar Sub Maksilaris 
a)     Kepala true lateral diatas kaset
b)     Margo inferior dari angulus mandibula pada pertengahan film
Central Ray              :Tegak lurus pada kaset
Central Point            : Pada angulus mandibula sebelah luar
Kaset                         : 18 x 24 cm
FFD                            : 90-100 cm
Kriteria Radiograf :
a)   Tampak kedua ramus dan angulus mandibula superposisi 
b)   Kelenjar sub maksila berada pada ramus dan angulus yang superposisi tersebut
d.     Proyeksi Submentovertex (SMV) (Untuk melihat kelenjar Sub maksila dan sub lingual)
Posisi Pasien           : Supine / submentovertikel,
Posisi Obyek            : Kepala ekstensi penuh dan vertex rapat pada film
Posisi film                 :
a)   Film diberi marker L/R dan diplester
b)   Film dipasang melintang
c)   Ujung film pada mulut rapat pada margo anterior dari ramus mandibula
Central Ray              : Tegak lurus pada pertengahan film,
Central Point            : menuju langsung ke perpotongan MSP dengan coronal plain melalui molar
Kaset                         : 18 x 24 cm
FFD                            : 90-100 cm

 








Gambar 3 : Posisi pemerikasaan dan hasil radiograf proyeksi Submentovertex
(Sumber : http://siavent.blogspot.com. Diakses pada 02 Mei 2015)

Kriteria Radiograf :
a)   Terlihat soft tissue dari dasar mulut
b)   Terlihat kelenjar sub lingual dan duktusnya 
c)   Terlihat kelenjar sub maksila pada bagian anteromedial
e.     Infero superior
Posisi Pasien    : Pasien duduk
Posisi Film         :
a)  Pada sudut dari paket oklusal film diberi tanda. (marker R/L)
b)  Film diletakkan pada mulut dengan sumbu memanjang masuk ke mulut
c)  Film dipusatkan pada mid sagital plane dari kepala dan secara perlahan-lahan dimasukkan agak jauh hingga bersentuhan dengan  batas depan dari ramus mandibula
d)  Pasien diminta tutup mulut dan menggigit film oklusal
Central Ray       : Tegak lurus terhadap film
Central Point     : Dipusatkan pada titik potong antara MSP kepala dengan bidang koronal diantara molar kedua kiri dan kanan rahang bawah.






BAB III
PEMBAHASAN

A.     Anatomi Fisiologi kelenjar ludah menurut beberapa penulis
Glandula Saliva (kelenjar air ludah) adalah kelenjar yang berfungsi membasahi makanan agar mudah ditelan. Glandula Saliva memproduksi saliva komposisi 99% air dan 1% fermen ptialin yang terdiri dari kelenjar saliva mayor dan minor. Glandula saliva berperan penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan mulut, dimana Kelenjar saliva merupakan organ yang terbentuk dari sel-sel khusus yang mensekresi saliva ke dalam rongga mulut. Glandulla saliva mengandung enzim, air, lendir yang sangat berperan dalam proses pencernaan makan.

B.     Patologi kelenjar ludah menurut beberapa penulis
1.   Penghambatan aliran
Sifat sekresi (pengeluaran cairan) dari glandula menyebabkan glandula ini sangat rentan terhadap berbagai hal yang dapat menghambat aliran saliva secara normal. Jika suatu duktus mengalami penurunan fungsi oleh karena infeksi (sialolodochitis), penyumbatan (batu ludah, sialolitiasis), atau trauma, maka aliran saliva akan berkurang atau bahkan berhenti. Batu ludah paling sering didapatkan dalam duktus glandula submandibularis, sementara glandula parotidea lebih sering terkena penyumbatan oleh mucous plug yang tidak mengalami klasifikasi. Pada glandula utama (major), gangguan sekresi yang menyebabkan stasis (penghentian/penurunan aliran), dengan inspissation (pengentalan atau penumpukan), yang seringkali menimbulkan infeksi atau peradangan. Glandula saliva utama yang mengalami gangguan aliran saliva akan mudah mengalami serangan organisme yang terbawa aliran darah. Sialadenitis yang ditimbulkannya dapat bersifat akut atau kronis (petradangan glandula saliva).
2.   Sialedinitis
Sialedinitis akut akan terlihat secara klinis sebagai pembengkakan atau pembesaran glandula dan salurannya dengan disertai nyeri tekan dan rasa tidak nyaman, dan sering juga diikuti dengan demam dan lesu. Sialedinitis kronis atau sialodichitis kadang dapat menimbulkan rasa tegang yang tidak nyaman pada saat makan. Glandula saliva yang mengalami infeksi akan membentuk sekresi purulen  yang berwarna putih susu dan kental. Sumbatan kronis atau infeksi akan menyebabkan berkurangnya serusacini/mukus dan terjadi pembentukan fibrosis intersisial. Bila hal tersebut terjadi, maka aliran saliva akan sangat berkurang.


3.   Mucocele
Bila duktus glandula saliva minor mengalami gangguan (cedera atau koyak), akibat yang seringkali timbul adalah mucocele. Keadaan ini akan menyebabkan mengalirnya sekresi saliva dari duktus ke jaringan lunak sekitarnya yang dibatasi oleh jaringan ikat fibrus. Bila volume kebocoran  saliva ini sangat besar, seperti kadang-kadang terjadi glandula sublingualis, maka akan terbentuk ranula pada dasar mulut, yang kadang dapat mencapai ukuran tertentu sehingga menyebabkan terangkatnya lidah.
4.   Sialometaplasma
Sialometaplasma nekrotisasi merupakan suatu keadaan bersifat jinak yang terutama mengenai glandula posterior palatum durum. Kondisi ini terlihat berupa ulserasi besar yang lambat penyembuhannya dan seringkali memberikan gambaran perubahan granulomatosa atau keganasan. Etiologi dari sialometaplasia adalah gangguan suplai darah oleh berbagai sebab. Lesi ini biasanya sembuh secara spontan dalam 8 sampai 10 minggu tanpa intervensi lebih lanjut.

C.    Teknik pemeriksaan menurut beberapa penulis
1. Identifikasi orifisium duktus dengan meneteskan ir jeruk ke dalam mulut. Jika tidak terjadi sumbatan, maka orifisium akan menyemprotkan saliva (air liur).
2. Isi Kanula terlebih dahulu oleh zat kontras sebelum dimasukkan ke orifisium agar tidak ada udara
3. Selanjutnya, masukkan kanula pada orifisium duktus
4. Immobilisasi Kanula dan selang ekstensi sebelum zat kontras dimasukkan. Immobilisasi dilakukan dengan meminta pasien menjepit selang dengan mulut, namun tidak terlalu kencang.
5. Setelah immobilisasi, zat kontras dimasukkan. Terdapat dua cara, yaitu dengan injeksi manual melalui spuit atau dengan tenaga hidrostatik (drip infus pada ketinggian 70cm)
6. Proses injeksi zat kontras dapat dilakukan dengan tanpa panduan fluoroskopi.
7. sekitar 1-2cc zat kontras diinjeksiakan. Proses injeksi dihentikan jika pasien merasa kesakitan. Zat kontras diusahakan agar tidak merembes keluar dari sisi kanula karena akan menganggu lapang pandang pemeriksaan. Rembesan ini dapat diketahui secara langsung melalui penglihatan operator, maupun melalui pasien yang merasa ada cairan pahit di dalam mulutnya.
8. Ambil beberapa posisi foto dengan ketentuan sebagai berikut :
     a. Paratoid                 : 1) Tangensial (AP/PA)
                                                        2) Lateral
                                                        3) Lateral Obliq
   b. Submandibula       : 1) Lateral
                                                        2) Lateral Obliq
                                                        3) Inferosuperior (Aksial / Intraoral)
9. Setelah itu zat kontras dikeluarkan dengan rangsang tetesan air jeruk dan lakukan foto kembali. Jika diperlukan, ambil foton 10 menit setelah prosedur untuk memastikan pengeluaran zat kontras




BAB IV
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Sialografi adalah pemeriksaan radiologi dari duktus dan kelenjar saliva dengan injeksi zat kontras yang merupakan organ aksesorius pencernaan di sekitar mulut dimana saliva terdiri dari 99,5% air dan 0,5% garam dan enzim pencernaan yang mampu memproduksi 1000-1500 ml per hari.

B.    Saran
Sebaiknya dalam pemakaian kontras pada pemeriksaan sialografi, di berikan seminimal mungkin, dan pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA

Andisetyanto, 2009. Anatomi kelenjar Saliva.(Online). Http ://andisetyanto.
        blogspot.com. Diakses pada 27 April 2015

Briand. G,  2001.  Diagnostik radiologi, third edition. Atro Muhammadiyah
        Makassar : Makassar

Ristaniah  D. Soetikno,2014. Prosedur pemeriksaan Radiologi. PT Refika
        Aditama : Bandung

Pearce. C  Evelyn, 2009.  Anatomi  dan   Fisiologi  Untuk Paramedis. PT
        Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Siavent, 2013. Teknik Radiografi Sialografi.(online).Http: //siavent.blogspot
        com. Diakses pada 29 April 2015

Anonim,  2013. Teknik  Radiografi  Sialografi. (online). Http  :  //tentang.
        Radiologi.blogspot.com. Diakses pada 02 Mei 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar