A.
Tinjauan Umum Vesica Urinaria dan Uterus
1.
Anatomi Fisiologi Vesica Urinaria
(VU)
Vesica
urinaria (VU) atau Kandung kemih merupakan kantong musculomembranosa yang berfungsi untuk menampung air kemih (urin). Vesika urinaria (kandung kemih): terletak tepat di belakang os
pubis, merupakan tempat penyimpanan urine yang berdinding otot kuat, bentuknya
bervariasi sesuai dengan jumlah urine yang dikandung. Kandung kemih pada
waktu kosong terletak dalam rongga pelvis, sedangkan dalam keadaan penuh
dinding atas terangkat masuk ke dalam region hipogastrika. Apeks kandung kemih
terletak di belakang pinggir atas simfisis pubis dan permukaan posteriornya
berbentuk segitiga. Bagian sudut superateral merupakan muara ureter dan sudut
inferior membentuk uretra.
Bagian atas kandung kemih ditutupi
oleh peritoneum yang membentuk eksavasio retrovesikalis sedangkan bagian bawah
permukaan posterior dipisahkan dari rektum oleh duktus deferens, vesika
seminalis, dan vesika retrovesikalis. Permukaan superior seluruhnya ditutupi
oleh peritoneum dan berbatasan dengan gulungan ileum dan kolon sigmoid sepanjan
lateral permukaan teritoneum melipat ke dinding lateral pelvis.
Vesica urinaria ketika tidak
sedang terisi oleh urin (kosong) memiliki bagian :
a. Fundus vesicae
Sisi berbentuk segitiga dan
menghadap ke caudodorsal, berhadapan
dengan rectum. Pada pria dipisahkan
dari rectum oleh fascia rectovesicalis yang meliputi vesicular seminalis dan ampulla
ductus deferens. Sedangkan pada wanita dipisahkan dari rectum oleh fornix, portio supravaginalis
b. Apex / vertex vesicae
Terdapat plica umbilicalis mediana dan ligamentum
Umbilicale mediana
c. Facies Superior
Sisi berbentuk segitiga yang
dibatasi oleh margo lateral di kedua sisi lateralnya dan margo posterior di
bagian dorsalnya. Terdapat fossa
paravesicalis (lekukan peritoneum
di sebelah lateral margo lateral). Pada pria menghadap colon sigmoid dan
lengkung ileum. Sedangkan pada wanita menghadap corpus uteri.
d. Facies Inferior
Diliputi oleh fascia
endopelvina. Terbagi atas 2 daerah :
1) Area prostatica
Berhadapan langsung dengan
prostat. Merupakan tempat keluarnya urethra.
2) Facies inferolateral
Dipisahkan dari sympisis pubis
dan corpus os. Pubis oleh spatium
retropubica / cavum retzii
3) Cervix Vesicae / Collum vesicae
Merupakan tempat bertemunya kedua facies inferolateral.
Pada pria menerus pada prostat. Sedangkan pada wanita terletak di cranial m.pubococcygeus
4) Angulus posterosuperior
Merupakan tempat bertemunya margo lateral dan margo
posterior. Merupakan tempat masuknya ureter
Vesica
urinaria ketika penuh terisi oleh urin akan berbentuk oval dan memiliki bagian
:
a. Facies
Posterosuperior
Bagian ini diliputi oleh peritoneum
parietal. Pada pria dipisahkan dari rectum oleh excavatio retrovesicalis. Sedangkan pada wanita dipisahkan dari
rectum oleh excavation vesicouterina,
portio supravaginalis cervicis uteri, fornix anterior vagina.
b.
Facies Anteroinferior
Bagian ini tidak diliputi oleh peritoneum
parietal.
c. Facies
Lateralis
Bagian ini tidak diliputi oleh peritoneum
parietal.
Gambar 3 : Anatomi Vesica Urinaria (
VU)
Lapisan Vesica Urinaria (VU) dari
luar ke dalam : Tunica Serosa (Peritoneum Parietal) – Tela Subserosa (Fascia
Endopelvina) – Tunica Muscularis (m. detrussor) – Tela Submucosa – Tunica
Mucosa. Pada bagian dalam dari Vesica Urinaria terdapat sebuah area yang
disebut dengan Trigonum Lieutaudi. Trigonum Lieutaudi ini
dibentuk oleh sepasang ostium ureteris (lubang tempat masuknya ureter ke
dalam VU) dan ostium urethra internum (OUI). Pada pria trigonum
lieutaudi ini akan terfiksasi pada prostat. Sedangkan pada wanita akan
terfiksasi pada dinding anterior vagina. Mucosa pada trigonum Lieutaudi ini
akan melekat erat pada m. Trigonalis.
2.
Anatomi Fisiologi Uterus
Uterus (rahim) merupakan bagian dari suatu sistem
reproduksi seorang wanita yang berongga berbetuk buah pear, tempat dimana seorang
bayi tumbuh. Pada wanita usia produktif, lapisan uterus tumbuh dan menebal
setiap bulan untuk mempersiapkan kehamilan. Jika seorang wanita tidak menjadi
hamil, lapisan yang tebal, berdarah mengalir keluar dari tubuh melalu vagina.
Pengeluaran ini disebut menstruasi (datang bulan).
Gambar 2 :
Sistem Reproduksi Wanita
Uterus berbentuk seperti buah
advokat atau buah peer yang sedikit gepeng kearah muka belakang, ukurannya
sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot
polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm, lebar di atas 5, 25 cm, tebal
2,5 cm dan tebel dinding uterus adalah 1,25 cm. Bentuk dan ukuran uterus sangat
berbeda-beda, tergantung pada usia dan pernah melahirkan anak atau belumnya.
Terletak di rongga pelvis antara kandung kemih dan rectum. Letak uterus dalam
keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk
sudut dengan serviks uteri).
Bagian-bagian uterus terdiri atas :
1.
Fundus uteri
adalah bagain uterus proksimal di ats muara tuba uterina yang
mirip dengan kubah , di bagian ini tuba
Falloppi masuk ke uterus. Fundus uteri ini biasanya diperlukan untuk
mengetahui usia/ lamanya kehamilan
2.
Korpus uteri
adalah bagian
uterus yang utama dan terbesar. Korpus uteri menyempit di
bagian inferior dekat ostium internum dan berlanjut sebagai
serviks. Pada kehamilan, bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat
janain berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri
(rongga rahim).
3. Serviks
uteri
Serviks menonjol ke dalam vagina melalui dinding anteriornya,dan
bermuara ke dalamnya berupa ostium
eksternum. Servik uteri terdiri dari:
a.
Pars vaginalis servisis uteri
yang dinamakan porsio
b.
Pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina
Saluran yang terdapat pada serviks
disebut kanalis servikal berbentuk sebagai saluran lonjong dengan panjang 2,5
cm. saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel
torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum
reminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum. Secara
histologis, dinding uterus terdiri atas :
1.
Endometrium (selaput
lendir) di korpus uteri
Endometrium
terdiri atas epitel pubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak
pembuluh darah. Endometrium terdiri
atas epitel selapis silindris, banyak kelenjar
tubuler bersekresi lendir. Dua pertiga bagian atas kanal servikal dilapisi
selaput lendir dan sepertiga bawah dilapisi epitel berlapis gepeng, menyatu
dengan epitel vagina.
Endometrium
melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam
siklus haid. Endometrium merupakan
bagian dalam dari korpus uteri yang membatasi cavum uteri. Pada endometrium
terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara-muara dari saluran-saluran
kelenjar uterus yang dapat menghasilkan secret alkalis yang membasahi cavum
uteri. Epitel endometrium berbentuk
seperti silindris.
2.
Myometrium / Otot-otot
polos
Lapisan otot polos di sebelah
dalam berbentuk sirkuler dan di sebelah luar berbentuk longitudinal. Di antara
kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman, lapisan ini
paling kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang berada di sana. Myometrium merupakan bagian yang paling
tebal. Terdiri dari otot polos yang disusun sedemikian rupa hingga dapat
mnedorong isinya keleuar saat persalinan. Di antara serabut-serabut otot
terdapat pembuluh-pembuluh darah, pembuluh lympa dan urat saraf. Otot uterus
terdiri dari 3 bagain :
a.
Lapisan luar, yaitu lapisan
seperti kap melengkung melalui fundus menuju kearah ligamenta
b. Lapisan dalam, merupakan serabut-serabut otot yang berfungsi
sebagai sfingter dan terletak pada ostium internum tubae dan orificium uteri internum
c. Lapisan tengah, terletak antara ke dua lapisan di atas,
merupakan anyaman serabut otot yang tebal ditembus oleh pembuluh-pembuluh
darah. Jadi, dinding uterus terutama dibentuk oleh lapisan tengah ini.
3.
Perimetrium
Perimetrium yakni
lapisan serosa / terdiri atas peritoneum
viserale yang meliputi dinding uterus bagian luar. Ke anterior peritoneum
menutupi fundus dan korpus, kemudian membalik ke atas permukaan kandung
kemih. Lipatan peritoneum ini membentuk kantung vesikouterina. Ke posterior, peritoneum
menutupi menutupi fundus, korpus dan serviks, kemudian melipat pada rektum dan
membentuk kantung rekto-uterin. Ke
lateral, hanya fundus yang ditutupi karena peritoneum membentuk lipatan ganda
dengan tuba uterin pada batas atas yang bebas. Lipatan ganda ini adalah
ligamentum latum yang melekatkan uterus pada sisi pelvis.
Uterus sebenarnya terapung dialam
rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamenta yang menyokongnya, sehingga
terfiksasi dengan baik.
Ligamenta
yang memfiksasi uterus adalah sebagai berikut :
1.
Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum (Mackenrodt)
yakni ligamentum yang trepenting, mencegah supaya uterus tidak
turun, terdiri atas jaringan ikat tebal dan berjalan dari serviks dan puncak
vagina kearah lateral dinding pelvis.
2.
Ligamentum sakro- uterinum sinistrum et dekstrum
yakni ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak,
berjalan dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan, kearah os sacrum kiri
dan kanan.
3.
Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum
yakni ligamentum yang menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan
kanan, ke daerah inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan kadang-kadang terasa
sakit di daerah inguinal pada waktu berdiri cepat karena uterus berkontraksi
kuat dan ligamentum rotundum menjadi
kencang serta mengadakan tarikan pada daerah inguinal. Pada persalinan ia pun
terba kencang dan terasa sakit bila dipegang.
4.
Ligamentum latum sinistrum et dekstrum
yakni ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari uterus kearah
sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat. Sebenarnya ligamentum ini adalah
bagian dari peritoneum viserale yang
meliputi uterus dan kedua tuba dan berbentuk sebagai lipatan. Di bagian dorsal,
ligamentum ini ditemukan indung telur (ovarium
sinistrum et dekstrum). Untuk memfiksasi uterus, ligamentum latum ini tidak banyak artinya.
5.
Ligamentum infundibulo-pelvikum
yakni ligamentum yang menahan tuba
Falloppi berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran
limfe, arteria dan vena ovarica.
Adapun nama
ligament-ligament pada uterus (FKUNPAD,1983 ), yaitu :
1.
Ligamentum latum
yakni berupa lipatan peritoneum
sebelah lateral kanan kiri dari pada uterus, meluas sampai ke dinding panggul
dan dasar panggul, sehingga seolah-olah menggantung pada tubae.
2.
Ligamentum rotundum (ligamentum teres uteri)
yakni terdapat dibagain atas lateral dari uterus, caudal dari insertie tuba, kedua ligament ini
melalui canalis inguinalis ke bagian cranial labia mayor.
3.
Ligamentum infundibulo pelvicum
(ligamentum suspensorium ovari) yakni
dua buah kiri kanan dari infundibulum dan ovarium ke dinding panggul.
Ligamentum ini menggantungkan uterus pada dinding panggul. Antara sudut tuba
dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium.
4.
Ligamentum cardinale
yakni kiri kanan dari servix setinggi ostium uteri internum ke dinding panggul
5.
Ligamentum sarco uterinum
yakni kiri kanan dari servix sebelah belakang ke sacrum
mengelilingi rektum.
6.
Ligamentum vesico uterinum
yakni dari uterus
ke kandung kemih
B.
Tinjauan Umum Patofisiologi
1.
Patofisiologi Vesica Urinaria (VU)
Vesica urinaria (VU) atau Kandung
kemih merupakan kantong musculomembranosa
yang berfungsi untuk menampung air kemih (urin). Berikut ini adalah Indikasi
Pemeriksaan pada Vesica Urinaria (VU)
1)
Disuria atau Poliuria
2)
Hematuria (tunggu sampai
pendarahan berhenti)
3)
Infeksi (sistitis) rekuren pada
orang dewasa, infeksi akut pada anak- anak
4)
Massa dalam panggul
5)
Retensio Urin
6)
Nyeri panggul
Dari indikasi
diatas merupakan salah satu gejala dari kanker Vesica Urinaria (VU). Kanker
Vesica urinaria (VU) lebih sering terjadi pada usia diatas 50 tahun dan angka
kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Karena usia yang semakin
tua, maka akan terjadi penurunan imunitas serta rentang terpapar radikal bebas
menyebabkan bahan karsinogen bersirkulasi dalam darah selanjutnya masuk di
glomerulus. Radikal bebas bergabung dengan urin terus-menerus, masuk ke kandung
kemih. Radikal bebas mengikat elektron DNA dan RNA sel transisional sehingga
terjadi kerusakan DNA. Mutasi pada genom sel somatik menyebabkan pengaktifan
oonkogen pendorong pertumbuhan, perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan
dan penonaktifan gen supresor kanker. Sehingga produksi gen regulatorik hilang
dan replikasi DNA berlebih, akhirnya terjadi kanker pada VU. Gejalanya bisa
berupa :
a.
Hematuria (adanya darah dalam
kencing)
b.
Rasa terbakar atau nyeri ketika
buang air kecil
c.
Desakan untuk buang air kecil
d.
Sering buang air kecil terutama pada
malam hari dan pada fase selanjutnya
sukar kencing
e.
Badan terasa panas dan lemah
f.
Nyeri pinggang karena tekanan
saraf
g.
Nyeri npada satu sisi karena hydronefrosis
Gejala dari
kanker VU menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sistitis)
Dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut
dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya
tidak menghilang.
2.
Patofisiologi Uterus
Uterus (rahim) merupakan bagian dari suatu
sistem reproduksi seorang wanita yang berongga berbetuk buah pear, tempat
dimana seorang bayi tumbuh. Adapun
beberapa indikasi Pemeriksaan Uterus yaitu :
1)
Nyeri Pelvis, termasuk dismenore
(Nyeri Haid)
2)
Massa pada Pelvis
3)
Pendarahan pada vagina yang
abnormal
4)
Pengeluaran sekret pada vagina
yang abnormal
5)
Amenore (siklus haid yang
terlambat/tidak ada)
6)
Untuk memastikan keberadaan IUD
dan Mengecek posisinya
7)
Infertilitas
8)
Gejala Urinarius
9)
Nyeri Abdomen yang difus
10) Monitoring folikel dalam
penyelidikann terhadap infertilitas
Dari beberapa indikasi pemeriksaan
Uterus diatas salah satunya adalah pendarahan pada vagina yang abnormal,
indikasi ini menunjukkan gejala dari Myoma Uteri yang dimana perdarahan banyak
saat menstruasi, karena meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
(Hipermenorea), Gangguan kontraksi otot rahim, Perdarahan berkepanjangan.
Mioma
uteri atau leiomioma adalah tumor jinak yang berasal
dari otot rahim dan jaringan ikat yang menumpangnya. Tumor ini disebabkan oleh
produksi hormon estrogen
yang berkepanjangan. Mioma uteri mulai tumbuh sebagai
bibit yang kecil di dalam miometrium dan lambat laun membesar karena
pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam
uterus. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka
korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan
uterus, uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong
kandung kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi tetapi
masalah akan timbul jika terjadi berkurangnya pemberian darah.
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2
teori yang berpendapat:
a.
Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat
bahwa :
1)
Mioma uteri sering kali tumbuh
lebih cepat pada masa hamil
2)
Neoplasma ini tidak pernah
ditemukan sebelum monarche
3)
Mioma uteri biasanya mengalami
atrofi sesudah menopause
4)
Hiperplasia endometriumsering
ditemukan bersama dengan mioma uteri
b.
Teori Cellnest atau Genitoblas
Terjadinya
mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell
pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
(Prawirohardjo, 1996:282)
Berdasarkan posisi mioma uteri terdapat lapisan-lapisan uterus,
dapat dibagi dalam 3 jenis :
1)
Mioma Submukosa
Tumbuhnya
tepat di bawah endometrium. Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak,
sehingga memerlukan histerektomi, walaupun
ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai
suatu “curet bump” (benjolan
waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi sarcoma juga lebih besar pada
jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui
cervix atau vagina, disebut mioma submucosa bertangkai yang dapat menimbulkan “miomgeburt”,
sering mengalami nekrose atau ulcerasi.
2)
Interstinal atau intramural
Terletak pada
miometrium. Kalau lebar atau multipel dapat menyebabkan pembesaran uterus dan
berbenjol-benjol.
3)
Subserosa atau Subperitoneal
Letaknya di bawah lapisan tunica serosa, kadang-kadang vena yang
ada di bawah permukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal.
Kadang-kadang mioma subserosa timbul di antara dua ligalatum, merupakan mioma
intraligamenter, yang dapat menekan uterus dan A. Iliaca. Ada kalanya tumor ini
mendapat vascularisasi yang lebih banyak dari omentum sehingga lambat laun
terlepas dari uterus, disebut sebagai parasitic mioma Mioma subserosa yang
bertangkai dapat mengalami torsi. (Sastrawinata S:154)
Gejala-gejala tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal,
intramural, submucous) digolongkan sebagai berikut :
a.
Perdarahan tidak normal
Perdarahan
ini serng bersifat hipermenore; mekanisme perdarahan ini tidak diketahui benar, akan tetapi
faktor-faktor yang kiranya memegang peranan dalam hal ini adalah telah
meluasnya permukaan endometrium dan gangguan dalam kontraktibilitas miometrium.
b.
Rasa nyeri pada pinggang dan perut
bagian bawah dapat terjadi jika :
1)
Mioma menyempitkan kanalis
servikalis
2)
Mioma submukosum sedang
dikeluarkan dari rongga rahim
3)
Adanya penyakit adneks, seperti
adneksitis, salpingitis, ooforitis
4)
Terjadi degenerasi merah
c.
Tanda-tanda penekanan
Terdapat
tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri. Tekanan bisa terjadi pada traktus
urinarius, pada usus, dan pada pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap
kandung kencing ialah distorsi dengan gangguan miksi dan terhadap uretes bisa
menyebabkan hidrouretre
d.
Infertilitas dan abortus
Infertilitas
bisa terajdi jika mioma intramural menutup atau menekan porsinterstisialis tubae; mioma submukosum
memudahkan terjadinya abortus. (Prawirohardjo,1996: 288)
C.
Tinjauan Umum Teknik Pemeriksaan
1.
Teknik Pemeriksaan USG Vesica
Urinaria (VU)
a.
Persiapan Pasien
Kandung kemih
(VU) harus berada dalam keadaan penuh. Minta pasien minum 4-5 gelas air dan
lakukan pemeriksaan 1 jam kemudian (jangan biarkan pasien membuang air kecil).
Sebagai alternatif yang lain, penuhi VU lewat kateter Uretra dengan larutkan
garam tisfopas yang steril, hentikan
pengisian ini setelah pasien merasa nyeri, sedapat mungkin hindari kateterisasi
dengan resiko infeksi.
b.
Posisi Pasien
Pasien harus
berbaring pada bagian punggungnya (telentang) tetapi mungkin perlu diputar
menjadi posisi Oblique. Pasien harus
berada dalam keadaan rileks, berbaring dengan nyaman dan bernafas
perlahan-tahan. Olesi abdomen dengan jeli. Bulu-bulu pada abdomen akan
menangkap gelembung udara sehingga jeli harus dioleskan dengan jumlah yang
banyak.
c.
Pemilihan Tranducer
Untuk orang dewasa, gunakan tranducer kurvalinear (konvex) dengan
frekuensi 3,5 MHz. Untuk anak-anak atau orang dewasa yang kurus, gunakan
tranducer 5 MHz.
d.
Teknik Scanning
a)
Mulailah pemeriksaan dengan
skening Transversal dari simfisis pubis ke atas sampai umbilicus
Gambar
5 : Teknik USG Skening Transversal
b)
Lanjutkan pemeriksaan dengan
skening Longitudinal dengan menggerakkan tranducer pada abdomen bagian bawah
dari sisi yang satu ke sisi yang lain
Gambar
6 : Teknik USG Skening Longitudinal
c)
Skening ini biasanya sudah memadai
tetatpiposisi dinding anterior dan lateral VU tidak selalu mudah terlihat
sehingga pasien mungkin harius memutar tubuhnya sebanyak 30°-45° untuk melihat
daerah tersebut dengan lebih jelas
d)
Setiap melihat daerah yang tampak abnormal
harus melihat dalam beberapa proyeksi. Sesudah skening selesai dikerjakan,
pasien harus mengosongkan VU dan kemudian dilakukan skening ulang.
2.
Teknik Pemeriksaan USG Uterus
a.
Persiapan Pemeriksaan
Kandung kemih harus penuh. Minta pasien minum 4 atau 5 gelas air
dan lakukan pemeriksaan USG setelah 1 jam kemudian (jangan perbolehkan pasien
membuang air kecil). Sebagai alternatif lain, penuhi kandung kemih lewat
kateter dengan garam fisiologis yang steril, hentikan pengisian kandung kemih
jika pasien merasa nyeri dan kalau memungkinkan hindari kateterisasi dengan
alasan risiko infeksi.
b.
Posisi Pasien
Pasien biasanya diskening dalam posisi berbaring dengan nyaman
pada bagian punggungnya (telentang). Pemutaran tubuh pasien mungkin diperlukan
setelah mengerjakan skening pendahuluan. Skening posisi dalam posisi agak
(erect) kadang-kadang dibutuhkan. Oleskan jeli kebawah sampai abdomen bagian
bawah. Biasanya pada daerah rambut pubis tidak perlu diberi jeli tetapi jika
diperlukan, oleskan jeli dengan bebas.
c.
Pemilihan Tranducer
Untuk orang dewasa, gunakan tranducer kurvalinier 3,5 MHz. Untuk
anak-anak atau orang dewasa yang kurus, gunakan tranducer 5 MHz.
d.
Penyetelan Gain
Letakkan tranducer dalam posisi membujur (Longitudinal) diatas
kandung kemih yang penuh dan lakukan pengaturan gain untuk menghasilkan gambar
USG yang paling jelas.
e.
Teknik Scanning
1)
Mulai pemeriksaan USG dengan
skening longitudinal, pertama pada garis tengah antara umbilicus dan simfisis
pubis. Sesudah itu, ulangi skening kearah yang lebih lateral, pertama-tama pada
sisi kiri dan kemudian pada sisi kanan. Arah tranducer secara menyudut dari
sisi yang satu ke sisi yang lain dan lakukan skening longitudinal untuk
mengenali uterus
Gambar 7 :
Teknik USG Skening Longitudinal
2)
Selanjutnya lakukan skening
transversal. Mulai pemeriksaan tepat diatas simfisis pubis dan gerakkan
tranducer kearah atas sampai umbilicus. Skening transversal merupakan
pemeriksaan yang penting pada panggul bagian bawah tetapi kurang efektif jika
dilakukan di atas level uterus.
Gambar 8 :
Teknik USG Skening transversal
3)
jika diperlukan, suruh pasien
memutar tubuhnya hingga berada dalam posisi oblique
dari sisi abdomen yang kontralateral.
D.
Prinsip Kerja Pesawat USG
Generator pulsa (Oscilator) berfungsi sebagai penghasil gelombang
listrik, kemudian oleh tranducer diubah menjadi gelombang suara yang diteruskan
ke medium. Apabila gelombang suara mengenai jaringan yang memiliki nilai
akustik impedansi yang berbeda, maka gelombang suara akan dipantulkan kembali
sebagai echo. Didalam media (jaringan) akan terjadi atenuasi, gema (echo) yang
lebih jauh maka intensitasnya lebih lemah dibandingkan dari echo yang lebih
superficial. Dan untuk memperoleh gambaran yang sama jelasnya di semua lapisan
diperkuat dengan TGC (Time Gain
Compensator)
Pantulan gema akan ditangkap oleh tranducer dan diteruskan ke
amplifiern untuk diperkuat. Dan gelombang ini kemudian diteruskan ke tabung
sinar katoda melalui receiver seterusnya ditampilkan sebagai gamba rdi layar
monitor.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Hasil Scanning USG Vesica Urinaria
1.
USG Vesica Urinaria (VU) Normal
Gambar
9 : Hasil Scannig USG VU Normal
a.
VU yang penuh akan tampak sebagai
daerah yang luas,bebas echo dan
timbul dari dalam pelvis. Mulailah pemeriksaan dengan menilai kemulusan dinding
anterior VU dan kesetangkupannya dalam posisi transversal
b.
Ketebalan dinding VU akan
bervariasi menurut derajat distensi tetapi ketebalan ini kurang-lebih harus
sama diseluruh dinding VU
c.
Setiap daerah yang mengalami
penebalan tempat merupakan keadaan abnormal
d.
Lakukan pula skening untuk mencari
trabekulasi. Dalam keadaan distensi, dinding VU harus mempunyai ketebalan <4
mm
e.
Setelah skening selesai
dikerjakan, pasien harus mengosongkan VU. Dalam keadaan normal, tidak boleh
terdapat sisa urin, jumlahnya harus diperkirakan
f.
Lakukan pengukuran diameter
transversal (T) VU dalam sentimeter (cm), kalikan hasil pengukuran ini dengan
diameter longitudinal (L) dala cm dan kemudian dengan diameter AP dalam cm.
Kalikan jumlah totalnya dengan 0,52. Cara ini akan mengukur sisa urin dalam
milimeter (sentimeter kubik/cm³)
g.
Setelah VU diperiksa dengan
seksama, lakukan skening ginjal dan ureter.
2.
USG Vesica Urinaria Pada Kasus Kanker VU
Gambar 10 :
Hasil Skening USG Vesica Urinaria pada kasus kanker
Berdasarkan
hasil skening di atas nampak adanya kanker pada bagian bawah VU yang berukuran
beberapa cm.
B.
Hasil Scanning USG Uterus
1.
USG Uterus Normal
Gambar 11 : Hasil Scanning USG Uterus
Normal
Dari hasil
scanning diatas dapat kita ketahui bahwa :
a.
Tidak tampak degenerasi kistik
yang menunjukkan anechoic
b.
Tidak tampak batasan tegas pada uterus
c.
Tidak hypoechoic
2.
USG Uterus Pada Kasus Myoma Uteri
Gambar 12 :
Hasil Scanning USG Uterus pada kasus Myoma Uteri
Berdasarkan
hasil USG diatas maka dapat kita ketahui bahwa :
a.
Panjang dari Myoma Pada hasil tersebut berukuran ± 10
cm
b.
Nampak berbatasan tegas dari Myoma
c.
hypoechoic
d.
degenerasi kistik menunjukkan anechoic
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ultrasonography (USG) adalah
pemeriksaan dalam bidang penunjang diagnostik yang memanfaatkan gelombang
ultrasonik dengan frekuensi yang tinggi dalam menghasilkan imajing, tanpa
menggunakan radiasi, tidak menimbulkan rasa sakit (non traumatic), tidak
menimbulkan efek samping (non invasif), relatif murah, pemeriksaannya relatif
cepat,dan persiapan pasien serta peralatannya relatif mudah. Ultrasound dalam
bidang kesehatan bertujuan untuk pemeriksaan organ-organ tubuh yg dapat diketahui
bentuk, ukuran anatomis, gerakan, serta hubungannya dengan jaringan lain
disekitarnya. Misalnya USG Vesica Urinaria (VU) pada kasus kanker VU dan Uterus
pada kasus Myoma Uteri.
Kanker pada Vesica
urinaria (VU) lebih sering terjadi pada usia diatas 50 tahun dan angka kejadian
laki-laki lebih besar daripada perempuan. Radikal bebas yang mengikat elektron
DNA dan RNA sel transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Mutasi pada genom
sel somatik menyebabkan pengaktifan oonkogen pendorong pertumbuhan, perubahan
gen yang mengendalikan pertumbuhan dan penonaktifan gen supresor kanker.
Sehingga produksi gen regulatorik hilang dan replikasi DNA berlebih, akhirnya
terjadi kanker pada VU.
Mioma
uteri atau fibroid uterus adalah pertumbuhan jaringan jinak dalam uterus.
Pertumbuhan tersebut tidak berhubungan dengan keganasan dan hampir tidak pernah
berkembang menjadi kanker. Tiga dari empat wanita mempunyai mioma uteri, tapi
seringkali tidak mereka sadari karena tidak bergejala. Mioma uteri biasanya
ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan panggul atau USG kehamilan. Memang
diketahui bahwa mioma uteri berasal dari jaringan otot polos uterus tetapi
faktor – faktor penyebab tumbuhnya tumor ini dari otot – otot tersebut kurang
diketahui.
Keberhasilan pengobatan medikamentosa
mioma uteri tergantung telah terjadi perubahan kromosom atau tidak
B. Saran
Adapun saran
dari kelompok kami adalah sebaiknya kita sebagai seorang perempuan harus bisa
menjaga diri kita, khusunya pada organ sensitiv kita, karena tanpa kita sadari
dengan pola hidup yang kurang sehat, kita bisa terkena kanker VU atau Myoma
Uteri. Serta pengetahuan kanker pada VU dan Myoma Uteri sebaiknya lebih di
perkenalkan lagi bagi perempuan khusunya bagi mahasiswi. Dengan memperbanyak
pengetahuan tentang kedua penyakit tersebut kita bisa mencegahnya dan mulai
hidup sehat.